"Welcome to my blog, sharing knowledge and information"

Selasa, 07 Juni 2011

“Kisah Tunai Janji Sang Ratu”

Pagi-pagi seorang prajurit bangun dari mimpinya yang sungguh indah, dikarenakan sang prajurit harus bekerja dan mengikuti apel pagi itu. Sesampainya di markas, sang prajurit absen dengan alat absen canggih (identifikasi kornea mata dan suara) yang dimana-mana tempat (keraton) di Kerajaan itu belum ada. Sang Prajurit absen jam tujuh lewat lima menit, masih ada waktu sekitar sepuluh menit buat sang prajurit duduk-duduk di meja kerjanya. Jam tujuh lima belas menit apel dimulai, sang Ratu yang menjadi Inspektur upacara pada pagi itu. Apel hari itu terasa agak spesial karena sang Ratu yang menjadi inspektur upacara dan juga diundang para prajurit yang berhasil mendapat angka sempurna (sepuluh) pada saat Ujian Ketangkasan beberapa waktu yang lalu. Apel pun berlangsung dengan agak tertib dengan amanat yang panjang lebar dari inspektur upacara. Sementara para prajurit terlihat gelisah karena upacara kali ini agak sedikit lama terasa karena pagi itu matahari sumringah bersinar dengan cerahnya. Setelah apel selesai ternyata ada acara tambahan yaitu pemberian hadiah (tunai janji) kepada para prajurit yang berhasil mendapatkan nilai sepuluh pada saat Ujian ketangkasan, Pelatih, dan Senopati beserta Panglima.

Satu persatu para prajurit tersebut dipanggil dan menerima amplop tunai janji sang Ratu, berikutnya disusul oleh Senpati dan Pelatih, kemudian disusul juga oleh Panglima. Tidak semua Pelatih, senopati dan Panglima yang dapat hadiah tunai janji sang Ratu tersebut. Hanya mereka yang masih berdiri tegak di lapangan upacara saja yang diberikan hadiah tunai janji tersebut.

Sungguh keikhlasan yang kurang ikhlas.

Inikah yang disebut keikhlasan?

Sungguh adil yang kurang berkeadilan.

Inilah yang disebut adil?

Sungguh tunai janji yang tidak tertunaikan seutuhnya.

Inikah janji yang tertunaikan?