Foto: http://indoartistic.com
Sabtu, 12 November 2011
Sasando
Foto: http://indoartistic.com
Selasa, 18 Oktober 2011
Bahan Ajar Kepariwisataan Nusantara
1. Kepariwisataan Provinsi Bangka Belitung
Selasa, 07 Juni 2011
“Kisah Tunai Janji Sang Ratu”
Pagi-pagi seorang prajurit bangun dari mimpinya yang sungguh indah, dikarenakan sang prajurit harus bekerja dan mengikuti apel pagi itu. Sesampainya di markas, sang prajurit absen dengan alat absen canggih (identifikasi kornea mata dan suara) yang dimana-mana tempat (keraton) di Kerajaan itu belum ada. Sang Prajurit absen jam tujuh lewat lima menit, masih ada waktu sekitar sepuluh menit buat sang prajurit duduk-duduk di meja kerjanya. Jam tujuh lima belas menit apel dimulai, sang Ratu yang menjadi Inspektur upacara pada pagi itu. Apel hari itu terasa agak spesial karena sang Ratu yang menjadi inspektur upacara dan juga diundang para prajurit yang berhasil mendapat angka sempurna (sepuluh) pada saat Ujian Ketangkasan beberapa waktu yang lalu. Apel pun berlangsung dengan agak tertib dengan amanat yang panjang lebar dari inspektur upacara. Sementara para prajurit terlihat gelisah karena upacara kali ini agak sedikit lama terasa karena pagi itu matahari sumringah bersinar dengan cerahnya. Setelah apel selesai ternyata ada acara tambahan yaitu pemberian hadiah (tunai janji) kepada para prajurit yang berhasil mendapatkan nilai sepuluh pada saat Ujian ketangkasan, Pelatih, dan Senopati beserta Panglima.
Satu persatu para prajurit tersebut dipanggil dan menerima amplop tunai janji sang Ratu, berikutnya disusul oleh Senpati dan Pelatih, kemudian disusul juga oleh Panglima. Tidak semua Pelatih, senopati dan Panglima yang dapat hadiah tunai janji sang Ratu tersebut. Hanya mereka yang masih berdiri tegak di lapangan upacara saja yang diberikan hadiah tunai janji tersebut.
Sungguh keikhlasan yang kurang ikhlas.
Inikah yang disebut keikhlasan?
Sungguh adil yang kurang berkeadilan.
Inilah yang disebut adil?
Sungguh tunai janji yang tidak tertunaikan seutuhnya.
Inikah janji yang tertunaikan?
Selasa, 31 Mei 2011
I La Galigo, Mutiara yang “Hilang”
I La Galigo tergurat di atas lembar-lembar lontar dalam bentuk puisi dengan bahasa Bugis kuno. Mahakarya ini diperkirakan ditulis pada kisaran abad ke-13 hingga abad ke-15 Masehi. Puisi dalam bentuk sajak bersuku lima yang menceritakan asal-usul manusia ini juga berfungsi sebagai almanak sehari-hari.
Patut dicatat bahwa naskah I La Galigo adalah karya sastra paling tebal sedunia, mengalahkan epik legendaris dari India, Mahabharata. Jumlah larik syair Mahabharata adalah 160.000 larik, sedangkan I La Galigo memiliki jumlah larik syair lebih dari dua kali lipatnya, yakni lebih kurang sebanyak 360.000 larik. Inilah mahakarya peradaban Bugis yang luar biasa.
Cerita I La Galigo dikembangkan melalui tradisi lisan masyarakat Bugis dan masih sering dilantunkan dalam pelaksanaan beberapa upacara adat Bugis. Sebagian rangkaian kisah dalam naskah monumental ini masih tersimpan di Museum I La Galigo, Makassar, Sulawesi Selatan. I La Galigo dinilai sebagai salah satu bukti bahwa orang Bugis adalah suku bangsa yang besar dan berperadaban tinggi. Namun, karya besar ini seolah tidak mendapat perhatian lagi, termasuk sosok Bissu (pelantun I La Galigo) yang sebenarnya memiliki peran sentral dalam pelestarian I La Galigo. Bissu seringkali menuai anggapan miring dari masyarakat hanya karena berjender ganda. Padahal, mereka adalah penjaga setia tradisi I La Galigo.
Cukupkah kita hanya sekadar membanggakan I La Galigo? Tentu saja tidak! Aksi nyata untuk melestarikan aset budaya ini jauh lebih penting daripada hanya membanggakannya semata. I La Galigo sudah kenyang akan sanjungan. Yang diperlukannya hanyalah perhatian yang serius dan berkelanjutan dari pihak-pihak terkait. Bentuk dari perhatian itu mungkin dapat dimulai dengan mengangkat derajat sosok Bissu.
Cerita tentang kebesaran bangsa Bugis seakan-akan hanya menjadi awan gelap di negeri sendiri, termasuk di tempat asalnya, Sulawesi Selatan. Di negeri para pelaut itu, I La Galigo hanya mengisi imajinasi di ruang ingatan orang semata. Hanya sedikit kalangan tertentu yang masih merawat mahakarya ini dengan sungguh-sungguh. Ironisnya, di luar negeri, I La Galigo justru lebih dihargai. Pada tahun 2004, misalnya, kisah dalam epik I La Galigo dipentaskan di berbagai belahan dunia, termasuk di Amerika Serikat, Eropa, Australia, dan di negara-negara di Asia.
Baru pada tahun 2011 ini, I La Galigo pulang kampung ke tanah Bugis. Pada 22-24 April 2011, bertempat di pelataran Benteng Fort Rotterdam, Makassar, epik I La Galigo dipentaskan. Akan tetapi, pergelaran I La Galigo di Makassar masih menyisakan kesan miris karena pementasan ini justru disutradarai oleh seniman Barat, Robert Wilson, dan diadaptasi oleh Rhoda Gruer.
Sebuah kesalahan fatal jika epik seagung I La Galigo malah menjadi tamu di negeri sendiri. Kesadaran kita baru muncul ketika I La Galigo menjadi perbincangan media massa di luar negeri. Adalah sesuatu yang sungguh aneh ketika karya besar bangsa sendiri justru lebih dihargai di mancanegara daripada di negeri sendiri. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi.
__________
Dikutip dari Tulisan :
Yusuf Efendi, Redaktur www.MelayuOnline.com & www.WisataMelayu.com
Sumber Foto: http://www.indonesiakreatif.net/upload/Image/berita%20mei/la-galigo-4.jpg
Kamis, 05 Mei 2011
Akupunktur Efektif Atasi "Mata Malas"
KABAR gembira bagi anak-anak yang menderita lazy eye atau biasa disebut mata malas. Studi terbaru di Hong Kong mengungkapkan penyakit ini bisa diobati dengan akupunktur.
Menurut penulis studi Dr Dennis Shun-Chiu Lam, yang memimpin Department of Ophthalmology and Visual Sciences di Chinese University of Hong Kong, pada anak-anak yang berusia tiga sampai tujuh tahun, metode pengobatan akupunktur bersama penggunaan kacamata dapat membantu meningkatkan penglihatan, dibandingkan dengan hanya memakai kacamata.
>Penyakit mata malas (lazy eye) atau biasa disebut juga dengan amblyopia adalah ketika penglihatan pada satu mata lebih buruk daripada yang lain. Menurut American Academy of Ophthalmology, sekitar dua sampai tiga dari 100 orang menderita mata malas.
Mata malas berbeda dengan juling atau strabismus, yaitu ketika titik penglihatan berada dalam dua arah yang berbeda -walaupun banyak orang sering menggunakan kata "mata malas" untuk menggambarkan keduanya.
Di awal penelitian, semua kerusakan penglihatan anakanak yang menjadi partisipan berada dalam tingkat yang hampir sama, yaitu 20/63. Anak-anak yang menjalani pengobatan akupunktur dan menggunakan kacamata ternyata memiliki level penglihatan rata-rata 20/32 di mata yang kabur. Hal ini dibandingkan dengan level penglihatan 20/40 pada anak-anak yang hanya memakai kacamata.
Dr Marc Lustig, asisten profesor di Department Ophthalmology, New York University Medical Center, Amerika Serikat, menyebutkan, perbedaan antara 20/32 dan 20/40 adalah tentang perbandingan antara mereka yang dapat membaca hingga satu baris lebih bawah pada eye chart -tabel yang digunakan untuk memeriksa ketajaman penglihatan.
"Namun, tidak banyak perbedaan antara dua nilai penglihatan ini dalam kehidupan nyata," kata Lustig, yang tidak bekerja pada studi ini, seperti dikutip Reuters Health.
"Dan, penelitian ini tidak akan mengubah cara para dokter untuk mengobati mata malas pada anak-anak," lanjutnya.
Mata malas biasanya diobati dengan kacamata atau plester untuk melatih mata yang rusak untuk bekerja lebih baik. Jika tidak diobati, anakanak bisa mengalami kerusakan persepsi jarak atau malah kehilangan penglihatan secara permanen.
Menurut American Academy of Ophthalmology, setelah anak berusia sembilan tahun atau lebih, kerusakan ini tidak dapat lagi diperbaiki. Sebuah studi sebelumnya oleh kelompok yang sama menyatakan bahwa akupunktur dapat bekerja dengan baik sebagai plester untuk mengobati mata malas. Untuk studi ini, para peneliti memberikan kacamata China yang bersifat korektif untuk 83 anak-anak dengan mata malas.Setelah itu diukur seberapa baik mereka bisa melihat dari kedua mata.
Setengah dari anak-anak tersebut diobati dengan akupunktur lima kali seminggu selama 15 minggu secara bergantian.Mata mereka diuji pada 15, 30, dan 60 minggu setelahnya. Setelah 30 minggu, ketika kedua kelompok telah menerima baik kacamata dan akupunktur, level penglihatan di mata yang buruk adalah sekitar 20/30 pada kedua kelompok. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Ophthalmology ini sebagai crossover study (studi silang).
Itu berarti bahwa perawatan kelompok bergantian sehingga keduanya mempunyai waktu menggunakan kacamata saja dan dengan dan tanpa akupunktur.
"Dengan desain silang, setiap anak akan dijanjikan memiliki kesempatan untuk menerima pengobatan akupunktur sehingga lebih mudah untuk merekrut subjek penelitian dan dapat menurunkan angka putus sekolah," kata Lam.
"Ini adalah keterbatasan yang serius," ucap Dr Peter Lipson, internis di Michigan bagian tenggara, Amerika Serikat, yang tidak bekerja pada studi ini.
"Saya tidak berpikir ada niat jahat, tetapi jika Anda sudah tahu bahwa ini adalah orang-orang yang suka akupunktur, mereka akan sangat rentan terhadap efek bagus plasebo," komentarnya.
"Karena kedua kelompok menerima pengobatan akupunktur, manfaat (dari pengobatan ini) akan sama di kedua kelompok dan efek plasebo seharusnya sudah diminimalkan," kata Lam.
Secara keseluruhan, sebenarnya penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa metode akupunktur adalah sesuatu yang menggunakan efek plasebo.
"Jabat tangan yang hangat dan senyum, setidaknya juga bisa dilakukan," tutur Lipson.
Biaya pengobatan akupunktur sangat bervariasi, bergantung pada tempat Anda tinggal. Namun, umumnya berkisar dari USD25 (sekitar Rp225.000) sampai USD120 (Rp1.080.000) dalam sekali pengobatan. Dengan nilai seperti itu, berarti biaya perawatan pasien mata malas berdasarkan studi ini akan menelan antara USD1.875 (Rp16,875 juta) dan USD9.000 (Rp18 juta).
"Pemakaian plester mata biayanya sekitar USD10 (Rp90.000) per bulan," kata Lustig.
Kamis, 24 Februari 2011
WISATA SEJARAH PULAU PENYENGAT
Pulau Penyengat, adalah sebuah pulau kecil yang berjarak kurang lebih 6 km dari kota Tanjung Pinang, ibukota dari propinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berukuran kurang lebih hanya 2.500 x 750 m, dan berjarak lebih kurang 35 km dari pulau Batam. Pulau Penyengat merupakan salah satu obyek wisata di Kepulauan Riau. Salah satu objek yang bisa kita liat adalah Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, makam-makam para raja, makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi.
MESJID RAYA SULTAN RIAU
Mesjid ini di bangun pada tahun 1832 pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdul Rahman, pembangunan mesjid ini dilakukan secara bergotong royong oleh semua masyarakat penyengat pada masa itu.
Aspek yang paling menarik dalam pembangunan mesjid ini adalah digunakannya putih telur sebagai campuran semen untuk dinding mesjit. Mesjid ini merupakan bangunan yang unik dengan panjang 19,8 meter dan lebar 18 meter, rungan tempat sembahyang disangga oleh 4 buah tiang besar, atapnya berbentuk kubah sebanyak 13 buah dan menara sebanyak 4 sebuah, semuanya berjumlah 17 sesuai dengan rakaat sebahyang sehari semalam.
Di dalam mesjid ini juga terdapat kitab suci Al-Quran yang ditulis tangan, serta lemari perpustakaan kerajaan riau-lingga yang pintunya berukir kaligrafi yang melambangkan kebudayaan islam sangat berkembang pesat pada masa itu.
KOMPLEKS MAKAM ENGKU PUTERI RAJA HAMIDAH
Di dalam kompleks makam yang memiliki struktur atap bersusun dengan ornamen yang indah ini terdapat beberapa makam pembesar kerajaan riau salah satu diantaranya adalah makam Enku Puteri. Engku Puteri yang memiliki naman lahir Raja Hamidah merupakan anak dari Raja Haji Yang Dipertuan Muda Riau ke IV.
Perkawinan dengan Sultan Mahmud mengantar Engku Puteri Raja Hamidah menjadi tokoh yang sangat penting dalam kerajaan Riau-Johor pada awal abad ke-19. Karena di dalam tangannya diamanahkan alat-alat kebesaran kerajaan (insignia atau rgelia). Tanpa alat-alat kebesaran itu penobatan seorang sultan menjadi tidak sah menurut adat setempat.
Pulau pengengat juga merupakan mas kawin dari Sultan Mahmud kepada Engku Puteri. Engku Puteri wafat pada tahun 1844. Selain makam Engku Puteri juga terdapat makam Raja Haji Abdullah Yang Dipertuan Muda Riau IX, dan makam Raja Ali Haji Sastrawan dari kerajaan Riau Lingga, karyanya yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas.
KOMPLEKS MAKAM RAJA HAJI FISABILLILLAH
Komplek makam ini terletak diatas bukit di selatan pulau Penyengat. Raja Haji Fisabilillah adalah Yang Dipertuan Muda IV kerajaan Riau Lingga yang memerintah kerajaan dari tahun 1777-1784 merupakan figur legendaris dan pahlawan melayu.
Raja Haji Fisabilillah sangat gencar mengadakan perlawanan-perlawanan terhadap penjajah, peristiwa yang terbesar adalah ketika meletusnya perang Riau. Pasukan Riau berhasil memukul mundur pasukan Belanda dari perairan Riau dan memenangkan pertempuran tersebut setelah berhasil menenggelamkan kapal Maraca Van Warden.
Raja Haji wafat pada 18 juni 1784 dikenal sebagai Marhum Teluk Ketapang. Oleh Belanda, Raja Haji dikenal juga sebagai Raja Api. Dan oleh Pemerintah Indonesia Raja Haji Fisabilillah dianugrahi menjadi pahlawan nasional. Disebelah komplek makam Raja Haji Fisabilillah juga terdapat makam Habib Syech, ulama terkenal semasa kerajaan Riau.
KOMPLEK MAKAM RAJA JAKFAR
Komplek makam Raja Jakfar adalah komplek makam yang baik diantara makam lainnya. Dilapisi dinding dengan pilar dan kubah kecil disamping terdapt kolam tempat berwudhu untuk sholat. Raja Jakfar adalah anak Raja Haji Fisabilillah, merupakan Yang Dipertuan Muda Riau VI.
Pada masa pemerintahannya ia memindahkan pusat kerajaan yang tadinya di hulu Riau ke pulau Penyengat. Ia memulai karirnya sebagai pengusaha pertambangan timah yang sukses di Kelang, Selangor.
Karena sering mengunjungi kota melaka beliau menjadi peka akan penataan kota dengan arsitektur yang sejalan dengan zaman. Karena itulah pulau Penyengat ditata dan dikelolanya dengan selera yang tinggi.
Dalam komplek makam Raja Jakfar juga terdapat makam Raja Ali Yang Dipertuan Muda VIII kerajaan Riau anak dari Raja Jakfar. Raja Ali merupakan figure yang taat beribadah. Pada masa pemerintahannya ia membuat kebijakan untuk mewajibkan kaum laki-laki melaksanakan sholat jumat dan mewajibkan kaum wanita untuk menggunakan busana muslimah.
KOMPLEK TENGKU BILIK
Bangunan yang megah ini menggambarkan betapa jayanya kerajaan Riau Lingga pada rentang tahun 1844. Bangunan tua yang mempunyai berarsitektur Eropa modern ini berada tepat disamping komplek makam Raja Jakfar.
Gedung tengku bilik ini mempunyai kemiripan dengan gedung kampung Gelam yang berada di Malaka. kemiripan arsitektur kedua gedung tersebut menunjukkan kuatnya jalinan persaudaran dan kerjasama dari dua kerajan besar pada saat itu.
ISTANA RAJA ALI
Istana Raja Ali juga dikenal dengan Istana Kantor, karena fungsi bangunan ini selain sebagai rumah juga sebagai kantor Raja Ali Yang Dipertuan Muda VIII kerajaan Riau.
Komplek istana ini sangat besar, ukurannya sekitar no meter, dikelilingi oleh tembok tebal lengkap dengan pintu gerbang dibagian belakangnya. Keagungan istana ini masih dapat kita lihat sampai saat ini.
Setelah wafat, Raja Ali dikenal dengan Marhum Kantor.
MAKAM RAJA ABDURRAHMAN
Raja Abdulrahman adalah Yang Dipertuan Muda VII kerajaan Riau Lingga. Ialah yang membangun mesjid pulau Penyengat.
Pada masa pemerintahannya terjadi pengacauan oleh bajak laut, dan campur tangan pihak Inggris mempersulit kedudukan Raja Abdulrahman.
Raja abdulrahman wafat pada tahun 1843, dengan gelar post humousnya adalah Marhum Kampung Bulang. Makamnya terletak di atas sebuah bukit yang memaparkan pemandangan pada mesjid yang dibangunnya.
BENTENG PERTAHANAN BUKIT KURSI
Dibangun pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Raja Haji Fisabilillah, yang pada masa itu menjadikan pulau Penyengat sebagai benteng pertahanan yang ampuh pada perang riau di benteng ini masih dapat kita jumpai parit pertahanan dan meriamnya.
PERIGI PUTERI/PERIGI KUNCI
Bangunan mungil yang berbentuk unik beratap kubah setengah slinde ini merupakan tempat pemandian bagi kaum wanita terutama para puteri bangsawan kerajaan Riau-Lingga.
MAKAM RAJA ALI HAJI
Makam Raja Ali Haji berada satu komplek dengan makam Raja Hamidah Engku Putri. Raja Ali Haji sangat termashyur dengan karyanya Gurindam 12, yang berisi tentang petunjuk menjalankan kehidupan sehari yang bertujuan untuk membentuk akhlak mulia dan menegakkan ajaran agama Islam.
Berikut ini adalah Salinan GURINDAM 12 yang amat tersohor itu :
INI GURINDAAM PASAL YANG PERTAMA
Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilang nama
Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terpedaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat
INI GURINDAM PASAL YANG KEDUA
Barang siapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa
Tidaklah mendapat dua termasa
Barang siapa meninggalkan zakat
Tiadalah hartanya beroleh berkat
Barang siapa meninggalkan haji
Tiadalah ia menyempurnakan janji
INI GURINDAM PASAL YANG KETIGA
Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tidak senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
INI GURINDAM PASAL YANG KEEMPAT
Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh
Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dam memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang yang tergelincir
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka
Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah
Barang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar
Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketor
Di manakah salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi
Pekerjaan takbur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih
INI GURINDAM PASAL YANG KELIMA
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia
Sangat memeliharakan yang sia-sia
Jika hendak mengenal orang mulia
Lihatlah kepada kelakuan dia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tiadalah jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalam dunia mengambil bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai
INI GURINDAM PASAL YANG KEENAM
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akan guru
Yang boleh tahukan tiap seteru
Cahari olehmu akan isteri
Yang boleh menyerahkan diri
Cahari olehmu akan kawan
Pilih segala orang yang setiawan
Cahari olehmu akan abdi
Yang ada baik sedikit budi
INI GURINDAM PASAL YANG KETUJUH
Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka
Itu tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencat (mencacat?) orang
Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur
Sia-sia sajalah umur
Apabila mendengar akan kabar
Menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah orang sekalian gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar
Tidak boleh orang berbuat onar
INI GURINDAM PASAL YANG KEDELAPAN
Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada lainnya
Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya
Lidah suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya kabar
Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa
Kejahatan diri disembunyikan
Kebajikan diri diamkan
Ke’aiban orang jangan dibuka
Ke’aiban diri hendaklah sangka
INI GURINDAM PASAL YANG KESEMBILAN
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan
Kejahatan seorang perempuan tua
Itulah iblis punya penggawa
Kepada segala hamba-hamba raja
Di situlah syaitan tempatnya manja
Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah syaitan tempat bergoda
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan
Di situlah syaitan punya jamuan
Adapun orang tua(h) yang hemat
Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru
Dengan syaitan jadi berseteru
INI GURINDAM PASAL YANG KESEPULUH
Dengan bapa jangan derhaka
Supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai
Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil
INI GURINDAM PASAL YANG KESEBELAS
Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa
Hendak jadi kepala
Buang perangai yang cela
Hendaklah memegang amanat
Buanglah khianat
Hendak marah
Dahulukan hujjah
Hendak dimalui
Jangan memalui
Hendak ramai
Murahkan perangai
INI GURINDAM PASAL YANG KEDUABELAS
Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagarkan duri
Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja
Hukum adil atas rakyat
Tanda raja beroleh inayat
Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu
Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai
Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti
Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta